MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY
Diriku yang akan dan
sedang membangun learning trajectory
Learning
trajectory yang pada akhirnya akan menuju kepada Teaching trajectory memiliki 4
dimensi, yaitu dimensi material (menurut konteks dan kontennya), dimensi formal
(dokumen resmi), dimensi normatif, dan dimensi
spiritual.
1.
Dimensi spiritual
Dalam dimensi spiritual
dibedakan menjadi 3, yaitu :
a.
Syariat
b.
Hakikat, dan
c.
Makrifat
2.
Dimensi normatif
Dalam dimensi
normatif disini learning trajectory
ditinjau dari filsafatnya. Ditinjau dari filsafatnya terdiri dari 3 bagian,
yaitu berdasarkan hakikat (makna), metode, dan etik dan estetik
a.
Berdasarkan hakikatnya dibedakan
menjadi dua yaitu wadah dan isi. Tiada wadah yang tanpa isi, dan tidak ada isi
yang tidak mempunyai wadah. Kadang wadah terlihat kosong padahal berisi,
seperti botol terlihat kosong padahal botol tersebut berisi udara. Hakikat
learning trajectory dapat dilihat dari teori-teori pendidikan yang ada.
Misalnya dilihat dari teori Piaget tentang tingkat perkembangan anak, ditinjau
dari teori perkembangan Bruner, yang terdiri dari 3 tahap yaitu, enaktif,
ikonik dan simbolik, bisa juga ditinjau dari teori Vygotsky, yaitu tentang ZPD
(zone of proximal development) dimana peran guru disini adalah memfasilitasi
anak agar dapat mencapai tugas perkembangannya. Dapat digambarkan bahwa jika
wadah itu kita anggap sebagai sintak dan isi sebagai kategori, maka yang ada di
dalam kedua hal tersebut adalah pengetahuan. Pengetahuan tentang bagaimana
siswa berpikir. Dalam kategori di situ digambarkan sejauh mana siswa dapat
belajar menurut teori perkembangan Piaget, dalam membelajarkan siswa
menggunakan tahap-tahap menurut teori Bruner dan sebagainya. Sedangkan dalam
sintak, sintak dapat dibagi dalam beberapa tahap, mulai dari PAUD, TK, SD, SMP,
SMA, PT, Orang tua. Ditinjau dari berbagai teori belajar yang ada akan
didapatkan pengetahuan tentang bagaimana anak PAUD belajar, bagaimana anak TK
belajar, bagaimana anak SD belajar, bagaimana anak SMP belajar, bagaimana anak
SMA belajar, bagaimana mahasiswa belajar, bagaimana orang tua belajar. Dengan
mengetahui tentang bagaimana mereka belajar diharapkan guru dapat menerapkan
metode yang tepat dalam membelajarkan mereka. Dengan mengyahui
tiingkatan-tingkatan yang ada guru dapat menentukan matematika yang bagaimana
yang bisa diterapkan untuk anak PAUD,
TK, SD, SMP, SMA, PT dan orang tua. Untuk hakikat isi, pembelajaran matematika
yang dapat diterapkan di Indonesia, terutama di Jawa sesuai dengan falsafah Ki
Hadjar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Yang artinya bahwa peran guru itu jika di depan memberi contoh, jika di tengah
menjadi teman atau partner siswa, dan jika di belakang memberi dorongan atau
semangat kepada siswanya.
b.
Metode
Dengan adanya teori-teori belajar yang ada dan kategori-kategori serta
tingkatan yang ada dalam pendidikan, diharapkan guru dapat menerapkan metode
yang tepat dalam membelajarkan matematika pada setiap tingkat perkembangan dan
setiap kategori peserta didiknya. Guru dapat menggunakan bermacam-macam metode
mengajar. Misalnya saintifik, problem based learning, realistik, dll. Dengan
adanya metode-metode tersebut diharapkan dapat membelajarkan matematika setiap
kategori peserta didik dengan tepat. Metode apa yang tepat digunakan untuk
membelajarkan matematika pada anak SD sesuai dengan tahap perkembangannya,
metode apa yang tepat untuk membelajarkan mmatematika untuk anak SMP dan
seterusnya. Semua itu dapat kita dapatkan dengan menggunakan
referensi-referensi yang ada.
c.
Etik estetik
Dalam etik estetik ini terdapat paradigma pembelajaran.
Paradigma-paradigma yang berlaku di masyarakat, paradigma guru, paradigma
sekolah, dll. Semua itu akan mempengaruhhi cara pandang guru dalam
membelajarkan matematika kepada anak didiknya. Paradigma-paradigma yang salah
harus diluruskan agar menjadi benar. Guru harus mengikuti paradigma yang benar
dan mempertahankannya jangan sampai tergoda untuk mengikuti paradigma yang
salah dan telah umum digunakan.
Dalam dimensi normatif dalam learning trajectory ini terdapat buku,
makalah, penelitian, jurnal yang kesemuanya itu merupakan referensi bagi guru
dalam membelajarkan matematika di SD. Banyak teori-teori belajar yang bisa kita
pakai untuk membelajarkan anak didik kita di sekolah. kita bisa menggunakan
teori belajar dari Bruner yang terdiri dari 3 tahap, yaitu enaktif, ikonik, dan
simbolik. Kita bisa melihat bagaimana siswa melalui tahap-tahap itu. Pendekatan
pembelajaran yang tepat menurut teori Bruner seperti apa. Denga teori dari Bruner
ini kita dapat menerapkan matematika realistik kepada anak SD. Kita juga bisa menggunakan teori perkembangan
Piaget, pada anak umur sekian bagaimana membelajarkan mereka dll. Bagi kita
yang guru SD kita jadi mengetahui bahwa pada umur sekian anak SD itu masih berada
dalam tahap operasional konkrit yang artinya mereka masih membutuhkan contoh
konkrit atau nyata dalam pembelajaran. Juga masih ada lagi teori dari Vygotsky
dengan ZPD nya dan masih banyak lagi. Semua referensi itu akan membuat kita
sebagai guru menjadi kaya akan pengetahuan dan pengalaman untuk kemudian kita
terapkan di dalam pembelajaran kita di sekolah. Secara filsafat normatif di
sini berkaitan dengan metode dan etik estetik. Jadi guru dapat menggunakan
bermacam-macam metode mengajar. Misalnya saintifik, problem based learning,
realistik, dll. Dengan adanya metode-metode tersebut diharapkan dapat
membelajarkan matematika setiap kategori peserta didik dengan tepat. Metode apa
yang tepat digunakan untuk membelajarkan matematika pada anak SD sesuai dengan
tahap perkembangannya, metode apa yang tepat untuk membelajarkan matematika
untuk anak SMP dan seterusnya. Semua itu dapat kita dapatkan dengan menggunakan
referensi-referensi yang ada.
Bersifat
rutin (fatal)
Vital
Vital
Hermeneutika learning trajectory oleh dirimu
masing-masing dalam kebersamaan
3.
Dimensi formal (dokumen resmi)
Dimensi
formal disini terdiri dari peraturan yang berlaku dalam bidang pendidikan.
Dimulai dari UUD 1945, yang diturunkan ke dalam Undang-Undang. Undang-Undang
diturunkan ke dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah diturunkan lagi
ke dalam Peraturan Menteri. Menteri kemudian membuat kurikulum, dan di dalam
kurikulum tersebut terdapat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus,
RPP, LKS dan lain-lain. Kesemuanya itu harus kita eksplorasi dan kita
kembangkan sendiri agar pembelajaran yang ada di sekolah kita menjadi semakin
kaya dan dapat menggali potensi sekolah serta potensi diri siswa. Dengan adanya
eksplorasi terhadap perangkat pembelajaran yang ada kita sebagai guru akan
menjadi semakin kreatif dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang akan
sangat berguna dalam pembelajaran kita di sekolah. Dengan adanya kesemuanya itu
kita akan tahu kedudukan kita sebagai guru dan kedudukan murid kita.
Dengan mengetahui kedudukan murid kita
sebagai subjek atau pelaku pembelajaran kita sebagai guru akan tahu bagaimana
membelajarkan anak didik kita tersebut. Kita tidak akan memaksakan mereka
mengetahui pengetahuan seperti pengetahuan yang kita punya sebagai guru, tetapi
kita akan membimbing dan memfasilitasi mereka agar membangun sendiri
pengetahuannya sebagi bekal hidup mereka ke depannya nanti. Kita bisa
mengembangkan semua itu dengan melalui dua cara, yaitu dengan cara mengkaji
teori dan praktik.
Mengkaji
teori dapat kita lakukan dengan membaca teori-teori tentang pembelajaran, teori
tentang perkembangan peserta didik, dll. Dengan mengkaji teori kita akan mendapatkan
berbagai macam masukan tentang bagaimana kita megajar, bagaimana metode
pembelajaran yang dapat diterapkan, bagaimana menerapkan metode tersebut pada tingkatan anak yang berbeda.
Bagaimana meningkatkan metode tersebut dengan berbagai macam karakteristik
peserta didik kita. Dengan mengkaji teori kita juga akan mendapat banyak hal
baru yang bisa kita terpkan tentang bagaimana membelajarkan matematika di
sekolah.u belum. Apakah pembelajaran yang kita terpkan menyenangkan bagi anak
didik atau tidak. Apakah pembelajaran yang kita berikan sudah sesuai dengan kebutuhan
mereka. Apakah dalam membelajarkan matematika perlu menggunakan media
pembelajaran, dll. Apakah pembelajaran
yang kita terpkan kepada anak didik kita sudah tepat. Dengan mengkaji teori
kita akan menjadi ahli mengembangkan perangkat pembelajaran yang disesuaikan
dengan perkembangan anak didik kita. Selain dengan mengkaji teori,
mengembangkan pembelajaran dapat juga dilakukan dengan cara praktik. Praktik
dapat kita bedakan menjadi dua juga, yaitu praktik langsung dan praktik tidak
langsung. Praktik langsung kita terapkan kepada anak didik kita, di situ akan
terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru begitu
seterusnya. Dadri interaksi yang terjadi itu guru akan mendapat pengetahuan dan
dapat mengambil kesimpulan bagaimana mengembangkan pembelajaran yang baik,
menarik dan bermakna bagi anak didik mereka. Dengan melakukan praktik langsung
guru akan dapat menganalisis apakah pembelajaran yang diterapkan sudah pas atau
belum. Sedangkan praktik tidak langsung dapat kita lakukan dengan cara micro
teaching/simulasi dan dengan melalui melihat video pembelajaran. Praktik tidak
langsung dengan simlasi dapat kita lakukan dengan teman-teman guru kita. Dari
praktik tersebut kita akan mendapat masukan dari guru lain tentang pembelajaran
kita. Apakah sudah sesuai atau belum, apakah masih bisa ditambah atau ada yang
harus dikurang dan masukan-masukan lain yang sangat berguna bbagi kita sebagai
guru dalam melakukan pembelajaran di kelas. Sedangkan praktik tidak langsung
dapat kita lakukan dengan melihat video pembelajaran yang dapat memperkaya
pembelajaran kita. Misalnya seperti yang sudah kita lakukan dengan melihat
video pembelajaran yang ada di Jepang tentang bagaimana membelajarkan
matematika dengan bab perkalian di sekolah. dari video tersebut kita dapat
mengambil contoh bagaimana melaksnakan pembelajaran matematika yang baik. Bagaimana untuk
memancing keaktifan siswa. Bagaimana cara yang dilakukan guru untuk
membelajarkan pokok bahasan tersebut. Bagaimana media dibuat oleh guru dan
dimaksimalkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan anak dalam pokok
bahasan tersebbut. Dengan melihat video pembelajaran yang ada kita dapat
melakukan perbandingan dengan cara kita memmbelajarkan anak didik kita. Apakah
kita sudah melakukan hal tersebut atau belum. Apakah kita juga membuat media
untuk membelajarkan pokok bahasan tersebut. Video pembelajaran dapat kita
gunakan untuk merefleksi pembelajaran kita sendiri. Video pembelajaran dapat
kita jadikan sarana untuk memperbaiki diri dalam membelajarkan anak didik kita.
Dengan melihat video pembelajaran paling tidak kita mempunyai wawasan baru
tentang bagaimana membelajarkan siswa. Dengan melihat video pembelajaran kita
akan lebih bisa melihat kedudukan siswa
kita sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar. Bahwa anak didik kita
mungkin memang melakukan kesalahan dan kekeliruan, tetapi memang sperti itulah
kedudukan anak didik kita. Jadi kita bisa mengatakan jika anak didik kita
keliru maka hal itulah yang benar.
4.
Dimensi material (menurut konteks
dan kontennya)
Dimensi material terjadi
sesuai dengan ruang dan waktu. Terdiri dari perangkat pembelajaran, lingkungan
(budaya), dan fisik (artefak). Perangkat
pembelajaran harus digali melalui penelitian. Penelitian yang dilakukan bisa
dilakukan melalui study kasus, ataupun melalui PTK. Selain itu perangkat pembelajaran dapat kita gali melalui
data, fenomena, dan pengalaman guru dalam menerapkan pembelajaran di sekolah
masing-masing. Data dapat kita peroleh dari anak didik kita melalui pembelajaran yang kita lakukan.
Fenomena-fenomena
Setinggi-
tingginya ilmu adalah sopan dan santun kepada ruang dan waktu. Tetapi jarang
ada orang yang bisa mencapainya karena keterbatasan manusia sebagai makhluk
yang sempurna. Sebenar-benarnya hidup adalah kesempurnaan di dalam ketidaksempurnaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar